Pengkhianatan Transportasi Umum

Transportasi saat ini mungkin menjadi salah satu kebutuhan primer umat manusia penghuni bumi ini. Bayangkan jikalau tak ada transportasi maka tak akan jalan dan tak akan ada alat transportasi seperti bus, pesawat, motor, mobil, sepeda, kapal, dll. Transportasi sangat mendukung sifat manusia yang merupakan makhluk sosial. Seakan sudah merupakan sifat alami, manusia menciptakan dan mengembangkan transportasi sejak berkembangnya komunitas manusia di muka bumi. Saat hanya bisa berjalan kaki, manusia akan menciptakan jalan setapak dengan membabat hutan atau ilalang untuk mempermudah jalur menuju ke tempat tujuan. Mungkin pada waktu itu tujuannya sangat sederhana tetapi krusial yaitu mencari makan. Saat ini perkembangan transportasi sudah sangatlah pesat. Tujuan mencari makan tetap merupakan tujuan yang penting tetapi seiring perkembangan jaman, maka tercipta banyak sekali tujuan dan keinginan mengapa manusia bertransportasi. Tujuan dan keinginan itulah yang mendasari umat manusia untuk selalu mengembangkan teknologi transportasi.

Jalur lintas transportasi meliputi darat, laut dan udara dengan berbagai macam alat dan sarana transportasi pendukungnya. Diciptakan tidak lain untuk mendukung tingkat mobilitas manusia yang semakin lama semakin menjadi mobile. Beberapa alternatif kreatifitas yang melihat fenomena ini justru tidak menciptakan alat atau sarana transportasi tetapi justru menciptakan alat atau sarana komunikasi. Alat komunikasi ini memfasilitasi manusia yang ingin bertransportasi untuk berhubungan dengan orang lain di tempat yang berbeda tetapi masing-masing tidak perlu meninggalkan posisinya saat itu. Alat itu bernama telepon. Sebuah ide cemerlang yang melihat permasalahan transportasi dari sudut pandang yang berbeda.

Sebegitu pesatnya tingkat natalitas umat manusia di muka bumi juga berbanding lurus dengan tingkat kebutuhan transportasi untuk memfasilitasinya. Karena manusia merupakan makhluk yang berjalan di atas tanah maka kebutuhan transportasi 90% berlaku untuk di jalan darat saja. Permasalahannya apakah alat atau sarana transportasi yang ada saat ini sudah memfasilitasi kebutuhan dari jumlah manusia yang ada? Kenyataan yang ada saat ini adalah ketersediaan alat transportasi pribadi yang melimpah tetapi tidak dibarengi dengan ketersediaan alat transportasi umum dan fasilitas transportasi seperti jalan raya. Ketidakseimbangan antara alat transportasi dengan sarana pendukungnya dapat dilihat dengan jelas dengan adanya kemacetan yang terjadi di mana-mana walaupun dengan pemakluman dari pihak yang bertanggung jawab adalah saat itu terjadi pada jam-jam sibuk saja. Kalau dirunut lebih dalam lagi, selain dari ketidaktersediaannya sarana pendukung transportasi seperti jalan raya yang mencukupi juga keengganan masyarakat untuk menggunakan sarana transportasi umum. Alasannya bisa berbagai macam; tidak nyaman, tidak aman, tidak tepat waktu, atau tidak keren.

Contoh ketidaknyamanan adalah pada kabin bus jelas-jelas tertulis jumlah penumpang duduk dan penumpang berdiri tetapi seolah-olah tidak pernah peduli, kernet dan sopir bus tetap memburu jumlah penumpang hingga berdesakan seperti kornet melebihi kapasitas yang sudah tertulis di kabin. Serba salah bagi calon penumpang, tidak naik bus akan terlambat, naik bus tidak akan nyaman. Akhirnya dengan mengenyampingkan tingkat keamanan, calon penumpang tetap berbondong-bondong menyerbu bus kota. Hal yang serupa juga terjadi ketika jam pulang kerja maupun pulang sekolah. Belum lagi dengan suasana berdesakan tersebut masih saja ada tangan-tangan jahil yang meraup keuntungan dari situasi tersebut. Dompet atau perhiasan para penumpang sering jadi sasaran empuk para pencopet dan pengkhianatan transportasi umum terasa saat sopir atau kernet bus tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan ini.

Saya adalah salah satu dari sekitan banyak masyarakat korban pengkhianatan transportasi umum. Saya adalah pengguna jasa transportasi umum yang cukup aktif (setidaknya jaman sekolah dulu). Ketika berangkat sekolah SMP dan SMA saya harus naik bus agar sampai di sekolah saya yang berada di tengah kota. Maklumlah karena rumah saya berada di daerah pinggir kota dan saya tidak punya alternatif transportasi lain. Jarak antara rumah sampai dengan sekolah kurang lebih 10km dan bila ditempuh dengan bus kota memakan waktu 30-60 menit tergantung kepadatan lalu lintas jalan raya. Yang selalu saya ingat adalah sangat jarang sekali saya mendapatkan tempat duduk ketika berangkat sekolah maupun pulang sekolah. Bus yang datang di depan jalan perumahan atau depan sekolah selalu penuh sesak dengan anak sekolah dan para pekerja. Karena tidak ingin terlambat sampai ke sekolah, saya selalu tidak mengindahkan tingkat keselamatan. Sering kali saya berada di luar pintu bus dengan bergelantungan layaknya kernet bus. Resiko terjatuh atau terserempet kendaraan lain yang melintas tidak saya perdulikan, yang ada di pikiran saya adalah bisa sampai tujuan dengan tepat waktu. Suatu kali saya pernah kecopetan juga ketika pulang dari sekolah dan baru saya sadari ketika sampai rumah. Dompet saya yang pada waktu itu berisi Rp.12.000,- raib di tangan copet. Bisa dibayangkan uang Rp.12.000,- bagi seorang anak SMP adalah sangat berharga sekali. Dengan uang tersebut, saya bisa meminjam komik di perpustakaan sebanyak 48 buah (karena 1 komik harga sewanya Rp.250,-) atau saya bisa menonton bioskop sebanyak 3x (karena karcis menonton bioskop sebesar Rp.4000,-). Ugghh… benar-benar menyebalkan. Pengkhianatan oleh transportasi umum ini terus menimpa saya selama kurang-lebih 6 tahunan sampai akhirnya orangtua saya memutuskan untuk membelikan sebuah sepeda motor ketika saya duduk di kelas 3 SMA.

Setiap orang yang mengalami pengkhianatan seperti saya dan berpikiran sehat juga mempunyai dana pasti akan memutuskan untuk memiliki kendaraan pribadi demi rasa nyaman, rasa aman, tepat waktu dan lebih kelihatan keren tentunya. Tidak heran mengapa tingkat kepemilikan kendaraan pribadi saat ini sangat banyak karena banyak warga masyarakat lain yang bernasib serupa seperti saya. Merasa dikhianati oleh transportasi umum. Saat ini pemerintah dibuat jengah dengan jumlah kendaraan pribadi yang membabi buta, sehingga diterapkanlah langkah-langkah antisipasi seperti jalur three in one, pengadaan bus way, monorel, dll. Sebuah keputusan yang bijak tetapi agak terlambat tentunya saat semua orang sudah terkhianati. Masalah saat ini menjadi pelik karena tingkat ekonomi masyarakat juga menurun dengan harga-harga kebutuhan pokok lainnya yang melambung tinggi. Muncul tingkatan masyarakat yang tidak bisa membeli kendaraan pribadi juga tidak mempunyai kemampuan untuk membayar transportasi umum sementara mereka membutuhkan alat transportasi untuk kehidupan mereka. Nah lo… bagaimana solusinya? Sementara ini mereka mencari solusi tersendiri dengan menjadi penumpang gelap di transportasi umum dengan mengorbankan tingkat keamanan dan kenyamanan. “Tapi sama aja koq, yang bayar juga ngga aman dan ngga nyaman”. Sehingga sering kita liat pemandangan di ibukota banyaknya penumpang kereta api ekonomi jabodetabek yang menumpang di atap atau bergelantungan di sambungan-sambungan kereta. Bisa jadi mereka tidak punya uang untuk membayar atau memang sarana transportasi umum yang tidak mencukupi menampung mereka.

Sampai kapan permasalahan sosial ini terus menghantui kita. Kita memang selalu dikhianati tetapi jika melihat kenyataan yang ada seperti tidak ada yang bisa kita lakukan lagi untuk memperbaikinya. Sebegitu parahkah penyakit bangsa ini hingga untuk menyembuhkannya harus di amputasi sebagian besar penduduknya untuk memulai lagi generasi yang baru. Generasi yang jujur dan nasionalis sehingga negara yang kaya akan sumberdaya alam ini bisa mengayomi seluruh orang yang tinggal di dalamnya.

About Almandine
Just ordinary person who want to know anything and everything

5 Responses to Pengkhianatan Transportasi Umum

  1. selvi says:

    nice blog Wan….miss u all

  2. nadya says:

    haaa … transportasi umum, denger istilahnya aja udah kebayang capeknya hueeehehehe (soalnya yang kebayang angkot jakal). aku menahan diri ga komen soalnya takut kebablasan curhat 😛 ga serius le ngurusi transportasi umum, larinya ke kendaraan pribadi.

    paling susah ngangkot tu kalo pas duduk berdesakan atau malah jongkok, eh kaki gringgingan dari tadi, lalu sudah waktunya turun. jadilah adow adow adoooowwww.

    nb: iya, 12.ooo itu banyak banget jaman smp.

  3. yuti says:

    aku sekarang tiap hari naik bis lho mas.. bisa tidur di jalan. karena ‘tidur sambil nyetir motor itu bahaya’ kata mama.. nek numpak mobil mengko entek gajiku nggo mbensini :p apalagi pake helikopter.. 😀
    naik transportasi umum itu banyak juga manfaatnya kok..
    – kita jd lebih bersyukur. gimana nggak? lihat simbah2 bakul bawa tenggok segede gaban nawar bayar bis dimurahin 500 perak. 500 PERAK!! apa gak trenyuh?
    – kita jadi apal lagu2 campur sari yg lagi trend. demi rasa cinta tanah air dan bangsa.. Yeah!!
    – merasa lebih dicintai. siang ini aku dipeluk simbah2 tak kukenal karena simbahnya takut jatuh.. 😀

    kalo dah balik, cobalah naik transjogja. not the best public transportation, but it’s a better alternative.. 😉

  4. yuti says:

    Oiya, pertanyaannya: Kenapa si anak SMP bawa2 uang sebanyak itu? Kenapa nggak ditabung di celengan ayam di rumah atau di simpan di bawah kasur atau ditabung di bank?

  5. iwantolet says:

    Karena si anak SMP lagi pengen beli komik Dragon Ball terbaru setelah beberapa lama ngumpulin duitnya. Komiknya belum keluar, duitnya keburu dicopet orang 😦

Leave a reply to iwantolet Cancel reply