Batubara : Menilik Untung-Rugi Pemanfaatannya

Energi adalah kata kunci yang selalu dicari setiap umat manusia di dunia ini. Energi dalam lingkup luasnya adalah menghasilkan hak hidup umat manusia menjadi lebih mudah dan lebih lama lagi menjadi kalifah di dunia ini. Batubara adalah salahsatunya diantara bakalan energi yang dihasilkan oleh bumi ini antara lain minyak bumi, gas bumi, panas bumi, nuklir. Saat minyak mulai langka dan harganya melambung tinggi, pasar dunia mulai melirik batubara, tak heran bila batubara dijuluki Si Emas Hitam.

Batubara dihasilkan dari proses coalifikasi sisa tumbuhan yang telah mati selama berjuta-juta tahun lamanya. Batuan sedimen yang berwarna hitam legam ini akan menghasilkan panas yang tinggi ketika dibakar, secara sederhana sifatnya hampir seperti arang. Nilai kalor yang dihasilkan bervariasi tergantung dari sifat batubara hasil dari proses coalifikasi. Semakin sempurna proses coalifikasinya maka biasanya nilai kalor yang dihasilkanpun akan semakin tinggi. Nilai kalor inilah yang mempengaruhi harga jual batubara, semakin tinggi nilai kalorinya maka semakin tinggi harga jualnya. Selain karena menghasilkan panas yang tinggi sehingga merupakan sumber energi yang baik dikarenakan juga batubara dengan nilai kalori tinggi lebih langka didapatkan daripada batubara kalori rendah. Nilai kalori dalam pembentukannya berbanding lurus dengan umur pembentukan batubara atau ada beberapa kasus geologi yang membuat batubara menjadi lebih instan untuk mempunyai nilai kalori tinggi.

Yang merasa membutuhkan si Emas Hitam ini adalah mesin pembangkit tenaga listrik dan industri-industri yang melakukan proses pembakaran dalam produksinya. Masing-masing daripadanya mempunyai persyaratan tersendiri dari nilai kalori dan sifat-sifat tertentu yang menyertai batubara sehingga lebih ekonomis dan lebih effektif pemanfaatannya. Untuk pembangkit tenaga listrik membutuhkan batubara dengan nilai kalori yang tinggi 6000 – 8000 kal sedangkan untuk industri lainnya membutuhkan batubara dengan range kalori 4500 – 6000 kal.

Batubara menjadi primadona saat dunia mengalami krisis minyak sehingga harga minyak menjadi menggila. Saat itulah pasar dunia mulai melirik energi alternatif selain minyak bumi dan batubara pun menjadi primadona dengan instan. Batubara dapat menghasilkan energi yang dimanfaatkan umat manusia dengan harga yang lebih rendah daripada minyakbumi, proses penambangannyapun tidak serumit tambang minyak bumi. Tetapi justru inilah yang menjadi bumerang dalam umat manusia itu sendiri.

Lapisan batubara mudah dikenali dari warnanya yang hitam legam sehingga mencolok dibandingkan dengan lapisan batuan lainnya. Tidak perlu teknologi yang terlalu canggih untuk membedakannya sehingga cara pengambilannya juga cukup mudah. Inilah yang menjadi akar permasalahan saat setiap orang merasa mampu untuk menambangnya sehingga aspek-aspek lingkungan diindahkan demi segepok uang yang didapatkan dengan mudah. Contoh dari hal ini sangat mudah ditemui di Kalimantan Selatan. Masyarakatnya berbondong-bondong meninggalkan mata pencaharian sebagai penyadap karet menjadi penambang batubara dadakan dengan hanya bermodalkan linggis, cangkul, karung dan dengkul. Yang lebih berduit akan menyewa ekscavator dari para rental kapitalis untuk mengobrak-abrik lahan yang mengandung batubara di dalamnya. Mereka membuka lahan dan membuat galian-galian terbuka atau terowongan-terowongan kemudian mengumpulkan si Emas Hitam ke dalam karung-karung goni kemudian dikumpulkan lagi untuk dimuat ke dalam truk-truk yang sudah menunggu dengan sabar di jalan-jalan poros. Tidak ada tanggung jawab lingkungan dalam proses penambangan ini. Setelah batubara terambil maka lubang-lubang galian tersebut akan dibiarkan terbuka dan limbah batubara akan mencemari keseluruh aliran sungai. Batubara mengandung nilai sulfur yang tinggi maka ketika bersentuhan dengan air akan menghasilkan H2SO4 atau Asam Sulfat sehingga airnya akan berwarna kemerahan dan akan membunuh organisme yang bergantung padanya. Mudahnya proses penambangan didukung dengan harga jual batubara yang semakin naik juga kurang tegasnya aparat membuat para penambang liar semakin menjamur dan beranak pinak.

Mbah Al Gore dalam filemnya Inconvinient Truth menjelaskan secara gamblang dan berbusa-busa mengenai global warming yang intinya bahwa bumi kita ini semakin lama semakin panas sehingga kumpulan es di kutub mulai mencair dan berbagai efek lainnya yang mengancam kelangsungan hidup umat manusia. Nah, efek bakaran si Emas Hitam ini ternyata tidak menghambat proses the melting ice tapi malah justru mempercepat prosesnya dengan kata lain penggunaan batubara sangat mendukung global warming. Maksudnya mendukung untuk menambah panas bumi tercinta kita ini. Batubara baru akan menghasilkan energi bila dibakar dan saat proses pembakaran tersebut residunya akan menghasilkan asap. Asap inilah yang membawa gas CO yang berkadar tinggi dan akan terjebak di atmosfer menghasilkan efek rumah kaca untuk ikut beramai-ramai bikin bumi makin panas.

Saat ini poros-poros kehidupan manusia banyak yang tergantung dari produksi batubara, contoh simpelnya adalah pembangkit tenaga listrik untuk daerah Jawa Timur dan sekitarnya PLTU Suralaya dan Paiton sangat tergantung dari pasokan batubara dan belum dari pembangkit listrik lainnya di seluruh dunia ditambah industri-industrinya. Selama harga minyak masih melambung tinggi (tidak mungkin turun lagi), pemanfaatan energi alternatif lainnya seperti gas bumi, panas bumi, biodiesel belum maksimal, batubara tetap masih menjadi primadona. Kira-kira seandainya dibuat perbandingan dengan data statistik yang muantep antara keuntungan dan kerugian pemanfaatan batubara porsi mana yang lebih besar ya? Atau malah ga usah dibikin perbandingan aja karena kalo tau hasilnya malah bikin ngeri sendiri dan ga bisa tidur dengan tenang. Yang penting duit lancar, bobo jadi tenang 🙂

About Almandine
Just ordinary person who want to know anything and everything

11 Responses to Batubara : Menilik Untung-Rugi Pemanfaatannya

  1. nadya says:

    wah nanggung banget Byenx, baru enak2 baca tahu2 dah tamat (bobo tenang) kalo bisa diterusin hehehe … ^_^

  2. iwantolet says:

    Karena serba dilematis. Umat manusia menciptakan kehidupan bagi kaumnya sekaligus kehancuran bagi kaumnya sendiri. Dan diantara hidup dan mati itulah tidur itu ada.

  3. yuti says:

    aku masih penasaran sama tekstur batubara. apakah keras seperti granit, rapuh seperti arang, atau sedang seperti batu tulis? trus kalo kebakaran hutan kalimantan itu batubaranya ikut kebakar nggak sih?

  4. iwantolet says:

    Betul, seperti dua2nya. Kerasnya seperti granit tetapi rapuh seperti arang. Aneh to… Aku punya contohnya di rumah, tertarik? Hub dinda aja 🙂

    Hutan kebakar, batubara ikut kebakar. Pada pemanasan suhu tertentu maka dia ikut kebakar. Pada hutan yang mengandung batubara maka apinya jadi susah mati, mungkin ini juga yang mengakibatkan hutan kalimantan kalo udah kebakaran susah dipadamkan. Sering ditemui bekas2 batubara terbakar di pelosok hutan.

  5. totong says:

    kalo ditimbang untung ruginya, timbangannya berat kemana breng?
    btw, mengenai global warming, isu yg memanas akhir2 ini….
    kebetulan kalo dilihat semangat gathering datamu, aku jadi pengen nitip pertanyaan.
    global warming itu suatu proses yg instan atau memang wajarnya suatu siklus geologi yg wajar2 saja, you know lah, sejarah bumi kita ini kan pernah juga tuh es di kutub pada melting, seperti meltingnya hati seorang wanita ketika kamu rayu =)

  6. iwantolet says:

    Kalo menurutku sih global warming emang siklus geologi yang lumrah seperti teori wilson cyrcle tetapi memang prosesnya dipercepat akibat aktivitas manusia. Nah, seberapa besar kontribusi umat manusia untuk mempercepat proses ini yang masih menjadi kontroversial di kalangan ilmuwan. Ada yang bilang bahwa justru kontribusi umat manusialah yang terbesar (kata Mbah Al Gore) tapi ada juga yang bilang hanya beberapa persen saja.
    Diluar semua itu memang ada yang salah dengan penentuan kebijakan manusia akan energi dan industri belakangan ini. Seakan-akan hanya manusialah penghuni bumi ini padahal seharusnya kita bisa berbagi rumah dengan hewan, tumbuhan, bakteri maupun virus. Bukan permasalahan global warming lagi tetapi kita harus merubah pola hidup kita. Dimulai dari diri sendiri untuk kehidupan di bumi yang lebih baik lagi.

  7. desi says:

    batu bara si Emas hitam yang hilang ditanah sendiri cuciandeh ketan

  8. Pingback: HIBURAN - Dongeng Cinta Sujiwo Tejo - Berita Top Indonesia

  9. eny susiana says:

    MENURUT AKU BATU BARA ITU PENTING COZ KALAU TIDAK ADA BATU BARA PASTI DI JATIM TIDAK AKAN BANYAK LAMPU YANG HIDUP

    • iwantolet says:

      saat ini memang negara kita masih tergantung dari energi fosil, semoga kedepannya kita mulai melirik energi alternatif ramah lingkungan seperti panas bumi, tenaga air, angin, dll

  10. aziz says:

    Selamatkan bumi..Dengan menghemat Sumber daya Alam..salam kenal

Leave a reply to iwantolet Cancel reply